Senin, 10 Agustus 2009

Mereka yang pada jaman dahulu hendak memberi teladan mengenai kebajikan luhur kepada seluruh dunia, pertama-tama mengatur dengan baik negara mereka masing-maing.
Bila hendak mengatur dengan baik negara-negara mereka, pertama-tama mereka harus mengatur keluarga-keluarga mereka.
Bila hendak mengatur keluarga-keluarga mereka, pertama-tama mereka harus menaikkan taraf watak mereka masing-masing.
Bila hendak menaikkan taraf watak mereka, pertama-tama mereka harus meluruskan hati mereka.

Bila hendak meluruskan hati mereka, pertama-tama mereka harus memurnikan pikiran mereka.
Bila hendak memurnikan pikiran mereka, pertama-tama mereka harus menambah seluas mungkin pengetahuan mereka. Penambahan seluas mungkin pengetahuan mereka ini terletak pada kegiatan menyelidiki segala sesuatu.

Dalam kamus bahasa inggris, aporisma hanya di jelaskan dalam sebuah contoh, “there is never a good war at a bad peace is a aphorism”. Dalam bahasa belanda, lebih maju, karena ia dinamakan sebagai “pendek tapi jitu”. Aporism tidak selalu menjadi kata-kata mutiara, karena ia tidak selalu puitis, kontemplatif dan normatif. Sebaliknya ia dapat berubah menjadi bahasa slogan yang mengusik bahkan menikam, namun tetap indah.
Aporisma bisa didekati sebagai kata-kata mutiara atau dalam pengantar ini sebagai sebuah puisi pendek. Dalam konteks kebudayaan cina sendiri, mereka lebih suka menyebutnya sebagai perumpamaan, sering juga disebut epigram bahkan permainan kata, humor, teka-teki, anekdot, dan masih banyak yang lainnya. Kerenanya istilah aporisma dianggap mewadahi semua peristilahan tersebut.
Pada galibnya hampir semua pemikir cina kuno menggunakan perumpamaan dan cerita yang diambil dari kehidupan nyata untuk menggambarkan tujuan ajarannya. Hal ini akan dapat dilihat dari perumpamaan yang ada di dalam kumpulan aporisma cina.
Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan gaya bahasa dari para pemikir abad IV dan III S.M, menggunakan perumpamaan dan cerita. Para penulis juga dapat membuat suatu dialog, rekaan dengan conficius, Lao-se, Ts’ang-wutes, dan penguasa kuning dengan bebas. Disini disertakan beberapa kumpulan dari teks kuno yang terkenal, begitu pula naskah yang ditulis oleh chuangtse. Bagian terbesar dari kumpulan ini diambil dari teks yang ditulis oleh Liehtse. Sangat sedikit yang diketahui orang mengenai pemikir ini, yang diperkirakan hidup pada masa sebelum Chuangtse (yang meninggal sekitar 275 S.M), dan buku-buku Liehtse diketahui berangka tahun jauh lebih awal, tetapi telah berisikan pandangan-pandangan hidup Tao (pemahaman irama kehidupan).
Sebagaimana aporisma pembuka pengantar ini, betapa bila hendak membawa kemajuan untuk negara, harus dimulai dari keluarga dan anggota-anggotanya, baru diri sendiri dengan memurnikan pikiran mereka, dan terutama dengan menambah seluas munkin pengetahuan masing-masing. Penambahan seluas mungkin pengetahuan ini terletak pada kegiatan menyelidiki segala sesuatu, termasuk di dalamnya mengkaji ulang sebagai kebajikan dan kearifan yang secara sangat lugas mudah dipahami dalam rangkaian aporisma china ini. selamat membaca.

Artikel yang berhubungan



0 komentar:

Posting Komentar

My Award

Komentar Terbaru

Link Banner Sobat